Tari Jaranan Turonggo Yakso Trenggalek
A. Mengenal Tari Jaranan Turonggo Yakso Trenggalek
Tari Turonggo Yakso merupakan kesenian asli kabupaten
Trenggalek. Awalnya kesenian ini berasal dari “baritan” yaitu sebuah ritual
yang dilakukan oleh masyarakat kecamatan Dongko sejak lama. Berkat jasa Bapak
Puguh yang juga merupakan warga Dongko, dengan memperkenalkan kesenian Turonggo
Yakso akhirnya kesenian ini mulai dikenal sebagai kesenian asli Trenggalek
yaitu pada tahun 80-an.Tari Jaranan Turonggo Yakso ini menceritakan
tentang kemenangan warga desa dalam mengusir marabahaya atau keangkaramurkaan
yang menyerang desanya.
Saat ini tari Turonggo Yakso banyak diminati oleh para
pelajar diwilayah Trenggalek, mulai dari anak SD sampai pada ibu-ibu dan orang
tua. Bahkan setiap perayaan 17 Agustus hampir taka da sekolah yang tidak
menampilkan Kesenian Tradisional tersebut. Mungkin bagi mereka ini semua adalah
ungkapan rasa hormat yang dituangkan dalam sebuah gerakan yang tak lain adalah
menari.
Tari Turonggo Yakso ini berbeda dengan Kesenian Jaranan
yang ada di Trenggalek. Perbedaan itu terletak pada kuda-kudaan yang
ditungganginya. Jika pada Kesenian jaranan, kuda tersebut menggambarkan kuda
yang benar-benar berbentu kuda. Sedangkan pada Tari Turonggo Yakso, kuda yang
dipakai untuk tampil adalah kuda yang berbentuk Buto. Namun dalam gerakannya
hampir sama, hanya saja pada Tari Turonggo Yakso masih belum terbebaskan dari
gerakan-gerakan yang menjadi tumpuan utama pada awal Tari Turonggo Yakso
terlahir.
Video Tari Jaranan
B. Asal Mula Berdirinya Tari Turonggo Yakso
Upacara
adat Baritan telah melahirkan ide untuk memprojeksikan kembali berbagai
sentuhan estetis kesenian jaranan yang ada pada upacara baritan tsb pada wujud
baru, yaitu tariTuronggo Yakso Trenggalek yang diwarnai dengan mayoritas budaya
masyarakat agraris memberikan peluang kehidupan kesenian jaranan. Diwilayah
kecamatan dongko, terletak didaerah pegunungan Trenggalek, terdapat upacara
adat baritan yang hidup turun temurun, hingga upacara tsb menjadi sebagian dari
kehidupan masyarakat yang ada diwilayah tersebut.
Kehidupan sehari hari yang lebih dominan pada sector
pertanian dan perdagangan mengkondisikan upacara adapt baritan tersebut sebagai
salah satu bagian kehidupan yang diselenggarakan secara rutin sebagai media
komunikasi terhadap tuhan yang maha esa. Upacara baritan adat tersebut
diselenggarakan setiap tahun pada bulan Syura(Muharam) dengan hari dan tanggal
yang ditentukan oleh sesepuh(Pawang) yakni orang yang dianggap menguasai
tentang hal tsb. petani pemilik rojo koyo berkumpul sambil membawa perlengkapan
sesaji berupa ambeng dan longkong dan membawa tali yang dibuat dari bambu yang
disebut dadung. Waktu upacara diselengggarakan siang hari sekitar pukul 11 WIB
, para petani sudah istirahat dalam mengerjakan sawah dan ladangnya.
Karena upacara itu dilaksanakan bubar ngarit tanduran,
maka diberi nama Baritan( menurut mbah Karto sentono). Setelah upacara selesai
diteruskan dengan pentas kesenian langen Tayub ditempat bekas tumpukan dhadhung
tadi. Dhadhung yang telah dimanterai dibagikan kepada pemilik semula dan
disimpan yang baik diatas pogo. Dengan menyimpan dhadhung tersebut
, atas berkat Tuhan Yang Maha Esa, hewannya akan terhindar dari gangguan
malametaka dan penyakit.Namun upacara baritan tersebut pada bebrapa
tahun yang lalu sudah ditinggalkan oleh masyarakat pendukungnya. Untuk
melestarikan uparacara pada tahun 1971 penilik kebudayaan( Bapak Sutyono)
beserta seninam berusaha menciptakan suatu bentuk tari yang bisa mendatangkan
masyarakat tanpa diundang, yaitu tari jaranan. Didalam melaksanakan upacara
adat baritan yang dulu hiburannya langen Tayub, diganti kesenian jaranan,
karena kesenian jaranan dianggap sangat cocok untuk.
Berangkat dari kesenian jaranan yang terdapat pada
upacara adat Baritan tsb melahirkan ide untuk memprojeksikan kembali berbagai
sentuhan estetis kesenian jaranan yang ada pada upacara baritan tsb pada wujud
baru, yaitu tari Turonggo Yakso.
Dalam hal ini tak hanya sentuhan estetis saja yang
menjadi ide. Namun music dalam Tari sendiri berperan sangat penting dan indah
untuk didengar. Semua itu tak lain adalah kolaborasi antara gerak dan musik.
Tak sedikit orang di wilayah Trenggalek yang bisa memainkan alat-alatnya karena
cukup mudah dan bisa juga menjadi sangat sulit untuk dipelajari.
Tari Turonggo Yakso sendiri menyebar dan meluas diwilayah
Trenggalek, sampai kepelosok pedesaan. Ini semua berkat kerja keras warga
Trenggalek sendiri untuk memajukan Seni Kebudayaannya. Hal ini akan menjadi
faktor positif bagi generasi penerus yang akan dating. Dan menjadi salah satu
wahana sebagai symbol dari kota Trenggalek sendiri.
C. Kehidupan Tari Turonggo Yakso
Dalam setiap Tahunnya di Kabupaten Trenggalek diadakan
Lomba dan pementasan dari Kesenian tersebut. Dari kegiatan tsb berbagai upaya
mencari bentuk baru terjadi pada setiap penyajian oleh grup grup jaranan. Ragam
gerak baru bermunculan setiap saat pada waktu berpentas. Meskipun pada mulanya
Jaranan Turonggo Yakso tersebut bermula dari daerah dongko, namun perkembangan
ya diluar sangatn pesat.
Berkat property ang dianggap merupakan symbol seni yang
mempunyai keindahan serta kekuatan tersendiri , maka property tari turonggo
yakso yuang terbuat dari kulit kerbau dengan bentuk visual terdiri atas badan
kuda dan kepala raksasa tersebut makin popular sebagai property tari jaranan
kas Trenggalek.
D. Perkembangan Tari Turonggo Yakso di Kabupaten
Trenggalek
Sekitar tahun 1980 an tari Turonggo yakso berkembang di
Kab. Trenggalek. Pembinana dan pengembangan tersebut atas prakarsa kantor
depdikbud bersama pemda kab. Trenggalek, dan dipacu dengan berbagai bentuk
festival yang diselenggarakan setiap tahun sekali pada bulan Agustus unutk
tingkat SD, SLTP, SMA. Meskipun pada mulanya Jaranan Turonggo Yakso tersebut
bermula dari daerah dongko, namun perkembangan ya diluar sangat pesat.
Unsur-unsur Seni Tari Jaranan Turonggo Yakso Trenggalek
Gerak
Tari : Gerak Maknawi (gerak yang mengandung arti yang jelas)
Ruang : Ruang
Pentas (wujud ruang secara nyata, merupakan arena yang dilalui
penari saat melakukan gerak. Contoh: Panggung Procenium, pendhapa lapangan,
halaman rumah
Tata
Rias : Tata rias dalam tari ini hanya dilakukan oleh
para penari, baik penari putri maupun penari putra. Untuk para penari putri dan
para penari putra merias wajah agar dapat menimbulkan efek terkesan tampan dan
jantan, seperti menebalkan alis, memerahkan bibir, membuat kumis, jambang dan
jenggot dengan menggunakan pensil alis, memakai bedak muka dan pemerah pipi.
Tata
Busana : Busana
yang dipakai dalam Tari Turonggo Yakso mempunyai bentuk yang sederhana, dengan
tujuan agar lebih mudah saat dipakai, yang praktis, lebih longgar agar mudah
bergerak. Penari menggunakan iket, dan tidak mengenakan asesoris apapun.Rincian
tata busananya adalah, bagian bawah celana 3/4 dan atas baju panjang dengan
warna mencolok dengan rompi yang warnanya kontras dengan bajunya ataupun para
penari dapat bertelanjang dada. Pada bagian bawah dililitkan jarit sampai pada
atas lutut Kedua ujungnya dilipat menyerupai dasi pada bagian bawah dan slayer
ditalikan pada lipatan jarit. Kemudian, untuk para penabuh gamelan menggunakan
beskap bercelana panjang dan mengenakan blangkon.
Iringan/Musik : Gamelan
(Iringan Eksternal). Para peraga yang terlibat di dalam penyajian
kesenian ini Pemusik dan vokalis, pemusik atau penabuh gamelan, kemudian
ditambah sinden (vokalis putri) dan wira swara (vokalis putra).
Properti : Jaranan,
Pecut, Kostum penari
Fungsi Tari : Menurut
kepercayaan masyarakat Trenggalek, dengan mengadakan tari Turonggo Yakso
diharapkan untuk mendapatkan berkah sekaligus mengatasi malapetaka. Juga
digunakan sebagai ajang pelestarian budaya yang ada di kabupaten Trenggalek,
seperti sering diadakannya pertunjukan pada event-event besar.
Post a Comment: